Rabu, 11 Juli 2012

Nglarung Bekakak..... (sedekah laut 2)

(melarung sesaji)

mas Bowie'
Cukup lama saya ingin mengikuti dan mengabadikan pernik-pernik kegiatan budaya di daerah saya, kampung halaman yang makin saya cintai ini. Beberapa waktu lalu saat digelarnya sebuah even sportaintment saya terlibat dalam sebuah perbincangan dengan seorang kawan yang biasanya mengorganisir even budaya "Sedekah Laut" di wilayah nelayan, sebut saja namanya Mas Bowie'. Terlontar keinginan saya untuk mengabadikan dan menulis kegiatan tersebut lebih lengkap, mengingat saya tidak pernah cukup lengkap mengabadikan rangkaian acara kegiatan budaya tersebut.
Mas Bowie' lalu bercerita tentang macam kegiatan  yang pernah diadakan untuk memeriahkan kegiatan tersebut mulai dari perlombaan olahraga hingga acara hiburan musik. Namun karena karakter masyarakat pesisir yang 'khas' kegiatan perlombaan olahraga yang bersifat pertandingan sering menyebabkan resiko gesekan fisik antar tim, sehingga pilihan kegiatan akhirnya lebih cenderung pada perlombaan yang bersifat lucu-lucuan atau hiburan belaka seperti lomba jambean (panjat pinang) gebug bantal atau lomba lucu-lucuan lainnya. Lalu mas Bowie' menyarankan saya untuk ikut saja ke tengah laut untuk meliput proses pelarungan sesaji, bila nanti diadakan upacara sedekah laut lagi. Wah, tentu saja saya sangat tertarik dengan kesempatan itu. Menurut dia kira-kira sehabis lebaran nanti akan ada upacara sedekah laut lagi.



Pucuk dicinta ulam-pun tiba. Ternyata tak perlu terlalu lama menunggu waktu terlaksananya upacara itu. Saat hari masih pagi, ada info dari seorang kawan yang melihat bendera besar warna-warni berkibar di perahu yang tertambat di tepian pantai. Wah pasti sedang ada upacara sedekah laut. Segera saja saya meluncur menuju lokasi kegiatan biasanya diadakan, namun menurut informasi seorang bapak yang menjaga perahu di pos tambat Karangsari, kegiatan larung sesaji diadakan di dusun sebelah timur, dusun Penjaringan. 

Sebuah baitoh (perahu) tiruan nampak dipajang di tengah sebuah gang. Desainnya seperti sebuah perahu besar sekelas jung atau perahu phinisi. Seperangkat kelengkapan sesaji juga telah ada di dalamnya. Perahu tiruan inilah yang disebut "Bekakak" oleh masyarakat sekitar.

Sebelum dilarung ke tengah laut, Bekakak ini akan diarak keliling desa terlebih dahulu, sebagai tanda bahwa dusun Penjaringan, salah satu dari beberapa dusun yang ada di desa Karangsari akan melaksanakan upacara sedekah laut sebagai ucapan syukur mereka kepada Tuhan atas musim yang telah berlalu, sekaligus doa permohonan agar musim kedepan akan lebih baik.

enjoy aja meski sedikit overload
Kesempatan emas yang ditunggu tiba, warga dusun setempat ternyata juga menyediakan beberapa perahu untuk rekan-rekan pers dan mahasiswa yang sedang KKN untuk ikut melarung sesaji. Namun sayangnya banyak yang enggan ikut naik karena takut mabuk laut. Maka ruang yang tersisa pun jadi cukup lega, karena hanya ada tiga orang mahasiswi dan sebuah keluarga kecil yang menumpang perahu kami. Wuih... spektakuler sekali melihat banyak perahu dengan bendera warna-warni berpacu ke tengah laut , berlayar dalam formasi rapat mengiringi perahu utama pembawa Bekakak.

Meriahnya pacuan menuju lokasi larung


Baitoh pembawa Bekakak

Perempuan dan anak-anak ikut serta melarung sesaji
Selama dalam perjalanan awak perahu menceritakan bahwa tradisi larung sesaji ini dilakukan setiap bulan 'Ruwah' dalam kalender Jawa. atau satu bulan sebelum bulan puasa. Tanggalnya tidaklah pasti, namun harinya selalu hari Rabu Pon atau Rabu Wage dalam pasaran Jawa. Lokasi melarung sesaji tak begitu jauh, hanya sekitar 2 atau 3 mil dari pantai. namun beberapa penumpang mabuk laut karena tak kuat dengan guncangan gelombang laut. 3 Mahasiswi yang rencananya ingin memotret akhirnya meminta tolong saya untuk mengambil gambar sebagai bahan pelengkap laporan mereka.

Berlayarlah perahuku.. bawalah persembahan kami.....


Sesampai di lokasi, perahu-perahu membentuk formasi melingkar rapat mengelilingi perahu utama pembawa Bekakak. Diperlukan usaha ekstra untuk menjaga agar perahu tidak saling berbenturan, terutama bagian baling-baling perahu yang rawan rusak akibat benturan Beberapa pria yang memakai jaket pelampung, termasuk salah seorang awak perahu yang kami tumpangi berloncatan ke air, untuk turut serta menerima Bekakak dan dengan berenang mereka mendorong sesajian menjauh dari kerumunan perahu. Sejenak beberapa perahu melakukan manuver mengelilingi Bekakak yang terbawa arus.

berpacu menuju pantai

Sebagian lagi mulai buyar dari formasi kemudian berpacu lagi untuk kembali menepi ke daratan. Kali ini dengan kecepatan lebih tinggi, karena sebagian penumpang sudah tak tahan mabuk laut, lagipula di tanah lapang dusun Penjaringan sudah menunggu pesta seni Langen Tayub yang akan segera dimulai setelah tengah hari...

Berlayarlah Bekakak.... bawalah persembahan dan syukur kami.....

Penjaringan, suatu hari di 2012


Tidak ada komentar: